Peran
Orang Tua dalam Pengembangan Bakat
Orang tua merupakan sosok
yang semestinya paling mengetahui dan bertanggung jawab atas potensi anak.
Karena anak lahir, tumbuh, dan bekembang secara fisik dengan orang tua.
Menurut Alum Sumarno (2011), sejak usia
dini, anak memiliki potensi yang sangat besar. Sedangkan, Utami Munandar,
seorang pakar kreativitas Indonesia, menyatakan bahwa kapasitas otak anak pada usia
6 bulan sudah mencapai sekitar 50% dari seluruh potensi orang dewasa. Tingkat
perkembangan intelektual otak anak sejak lahir sampi usia 4 tahun mencapai 50%.
Oleh karena itu, pada masa 4 tahun pertama ini, sering disebut juga sebagai golden age (masa keemasan), karena
sianak dapat menyerap setiap rangsangan dengan cepat. Ia mampu menghapal
berbagai informasi, seperti perbendaharaan kata, nada, bunyi-bunyian, dan lain
sebagainya. Usia 8 tahun ia telah memiliki intelektual otak sekitar 80%.
Perkembangan intelektual otak relative berhenti dan mencapai kesempurnaannya
(100%) pada usia 18 tahun. Setelah usia di atas 18 tahun intelektualitas otak
tidak lagi mengalami perkembangan.
Oleh karena itu, jika para
orang tua menyia-nyiakan kesempatan emas (golden
age) pada masa kanak-kanak, berarti mereka telah kehilangan satu momen yang
sangat baik untukn memberikan ladasan bagi pendidikan anak selanjutnya. Oleh sebab itu, pendidikan dari orang tua
terhadap anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas anak. Anak
yang memiliki bakat tertentu, jika tidak diberikan rangsangan-rangsangan atau
motivasi dari orang tua dan lingkungannya, maka anak tersebut tidak akan mampu
memelihara bakatnya, apalagi mengembangkannya.
Berdasarkan penelitian di
sebuah sekolah, ditemukan kurang lebih 40% anak berbakat tidak mampu
berprestasi setara dengan kapasitas dimiliki (Achir, 1990). Akibatnya, meskipun
memiliki kemampuan yang tinggi, banyak anak berbakat tergolong kurang
berprestasi. Untuk memberikan motivasi kepada anak berbakat, orang tua atau
pendidik perlu melakukan penelaahan agar dapat mengenali ciri-ciri, kebutuhan,
dan kecenderungan si anak yang relative berbeda dengan anak biasa. Menurut Renzulli, bakat meliputi tiga cluster ciri, yaitu kemampuan umum yang
tergolong diatas rata-rata (above average
ability), kreativitas yang kaya (creativity),
dan pengikatan terhadap tugas (task
commitment).
Sementara itu, keluarga
merupakan lingkungan yang paling banyak
mempengaruhi kondisi psikologis dan spiritual anak. Di Jepang, kreativitas anak
mendapatkan perhatian yang sangat tinggi. Hal ini dilakukan melalui kebebasan
dan pemupukan kepercayaan diri. Kebangkitan kreativitas anak-anak di Jepang
mengungguli anak-anak di Amerika dan Eropa (Awwad, 1995). Menurut utami
Munandar, kondisi sangat menunjang perkembangan kreativitas dan penuntun umum
untuk mengembangkan kreativitas anak didik. Strategi yang digunakan untuk
mengembangkan kreativitas adalah 4P, yaitu dilihat dari segi pribadi,
pendorong, proses, dan produk.
Sebagai pihak yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan dan masa depan anak, keluarga jangan sampai pasif dan
apatis terhadap anak-anaknya. Seperti terjerumus dalam pergaulan bebas, tidak
mendorong anaknya kearah kegiatan yang positif-konstruktif, dan hanya
mementingkan aspek finansial. Banyak keluarga yang merasa rugi dan menyesal
berat ketika hanya mementingkan karier pribadi dan kemapanan finansial,
sementara pendidikan anak mereka diserahkan kepada pembantu dan orang lain.
A.
Macam-Macam
Tipe Orang Tua
1.
Otoriter
Tipe
ini adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan keras dan kaku. Semua
perintah yang dikatakan orang tua harus dituruti oleh anaknya. Orang tua dengan
tipe ini cenderung galak dan sering marah. Dampak terburuk dari sikap otoriter
orang tua ini adalah dapat menimbulkan depresi anak, hubungan anak dan orang
tua tidak akrab, anak cenderung menurut karena takut, dan dapat mengakibatkan
dendam pada anak.
2.
Permisif
Yakni
orang tua yang selalu mengikuti semua kemauan anak atau terlalu memanjakan
anak. Sifat ini akan membentuk pribadi anak yang kurang baik. Dampak negatifnya
adalah anak cenderung tidak ulet dalam usaha mencapai sesuatu, cepat
menimbulkan tugas yang sulit, lebih banyak menuntut kepuasan segera tanpa usaha
yang sungguh-sungguh, cenderung mengandalkan orang lain, kurang memiliki rasa
tanggung jawab, suka merengek bahkan merajuk hingga keinginannya terpenuhi, dan
control impuls yang buruk bagi anak.
3.
Mengabaikan
Tipe
ini menunjukan bahwa orang tua mengabaikan apapun yang dilakukan oleh anak,
baik berbahaya ataupun tidak. Misalnya, orang tua tidak mengindahkan kegiatan
bermain sang anak, sudah makan atau belum, atau dengan siapa bermain. Dampaknya
yaitu timbulnya prilaku yang agresif, liar pada anak. Akan tetapi,
keberaniannya cenderung negative. Anak juga kurang terawatt, badan bias kurus
dan sering sakit-sakitan. Anak lebih sulit dinasehati dan cenderung membangkang
disbanding yang dapat kasih sayang dan perhatian orang tua.
4.
Timbal Balik
Yakni
Orang tua yang mempertimbangkan secara rasional setiap keputusan yang diambil
bersama. Kondisi seperti ini anak menimbulkan rasa percaya diri pada anak.
Komunikasi antara anak dan orang tua menjadi lebih dekat. Anak merasa
diperhatikan, dipenuhi haknya, dan cenderung lebih penurut. Misalnya, ada
kesepakatan antara anak dan orang tua, jika membantu ibu, ibu menyapu halaman,
nanti diajak kepasar dan lain-lain.
Dari keempat pola mengasuh
anak tersebut, secara umum, dibuktikan dalam berbagai penelitian bahwa pola
pengasuhan anak paling efektif adalah harus dengan konsisten, memberikan
pengahargaan (reward) terhadap
prilaku yang baik, dan memberi hukuman (punishment)
untuk prilaku yang tidak diinginkan. Hukuman yang diberikan harus dalam koridor
lingkungan yang hangat dan penuh cinta kasih, bukan hukuman yang berupa
penyiksaan. Orang tua adalah pengukir
watak anak yang pertama, sehingga perannya sangat signifikan dan tergantikan.
B.
Menjadi
Orang Tua yang Aktif
Orang tua yang aktif
adalah keharusan, jangan sampai menunggu anak. Orang tua harus aktif mengamati
kepribadian, karakter, minat, hobi, dan kesenangan anak. Pelajaran apa yang
disukai, kegiatan ekstra kulikuler apakah yang disenangi, dan aktivitas apakah
yang dilakukan anak ketika waktu kosong?
Jika anak menunjukan gejala negative, orang tua harus cepat memberi obat
supaya tidak kebablasan. Awalnya , tentu berat. Oleh sebab itu, orang tua harus
cepat tanggap mengamati realitas ini.
Selain itu, orang tua juga
harus membentuk anak dan membimbingnya ke jalan masa depan dengan
kegiatan-kegiatan prospektif yang bermanfaat bagi akal, jiwa, dan mentalnya. Metode pendidikan yang diterapkan
orang Yahudi sehingga mampu melahirkan anak-anak genius bias diadobsi dan
dikembangkan. Orang tua sejak kecil mendidik anaknya untuk menguasai beberapa
hal penting. Ialah, menguasai bahasa
asing, khususnya inggris, arab, dan Hebrew. Tidak heran jika anak-anak yahudi
pada usia 8 tahun sudah bisa belajar berbagai macam disiplin ilmu dengan cara
membaca literature bahasa Inggris, meskipun disiplin keilmuannya tetap
disesuaikan dengan usia anak-anak, seperti cerita, kewarganegaraan, IPA,
Fisika, kimia, matematika, dan lain-lain. Ada banyak cara yang digunakan untuk
menguasai bahasa asing ini. Pertama,
mendatangkan guru privat dan setiap hari bekomunikasi dengan bahasa asing. Kedua, bermain music, yaitu bermain
piano dan biola. Ketiga, menetapkan
pelajaran yang wajib dikuasai. Pelajaran tersebut ialah matematika berbasis
berniaga, IPA, olah raga, dan sains.
Tiga tips orang Yahudi
dalam meningkatkan kecerdasaan otak anak mereka tersebut bias dijadikan pelajaran
berharga bagi orang tua di Indonesia jika ingin melahirkan sosok-sosok kader
masa depan dengan kualitas dunia. Orang tua negeri ini juga bias mencontoh
model pendidikan di Negeri Iran. Menurut Zuhairi Misrawi (2011), di Iran,
anak-anak didorong agar menghafal al-qur’an. Setelah hafal, kemudian dimasukan
kedalam perpustakaan agar membaca semua literature dari Barat dan Timur. Penguasaan bahasa asing menjadi keniscayaan.
Kemudian, dilatih berdialog dalam berbagai perspektif, baik teologis, sejarah,
sosiologi, antropologi, ekonomi, kebudayaan, politik, filsafat, dan lain-lain.
Walaupun kontoversi nuklir Iran terus menjadi sasaran kritik Barat, namun Iran
tetap bergeming dan terus melangkah menuju modernisasi teknologi tingkat dunia.
Model pendidikan orang-orang
Yahudi dan Iran itu mampu melahirkan kader-kader masa depan yang dasyat dan
spektakuler. Orang tua di negeri ini sangat mampu mengikuti jejak dua Negara
maju tersebut jika memiliki kemauan kuat dan semangat membara. Bakat anak akan
semakin terasah dengan model pendidikan progresif dan visioner ala Yahudi dan
Iran.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi tampilnya bakat seorang anak. Di antaranya adalah sebagai berikut
.
- Konsep Diri
orang
dengan konsep diri positif selalu yakin akan sesuatu yang sedang dilakukannya.
Itu sebabnya, ia lebih mudah meraih sukses. Konsep diri positif terbentuk bila
anak selalu dihargai berdasarkan potensi actual yang dimiliki.
Konsep
diri anak terbentuk melalui kontak dengan orang lain dan lingkungan. Kontak
pertama adalah dengan orang tua. Agar anggota keluarga berperan efektif bagi
pembentukan konsep diri anak, perhatikan faktor-faktor berikut :
a. Kenali
potensi anak yang sesungguhnya dengan cara mengamati perkembangan fisik,
kognitif, emosi, social, dan lain-lain.
b. Merangsang
anak melakukan berbagai kegiatan.
c. Membantu
anak mengatasi ketidakberhasilan dalam suatu tugas.
- Motivasi
Faktor
motivasi berhubungan dengan kuatnya daya juang untuk mencapai suatu sasaran.
Jika kurang motivasi untuk menjadi ahli music, maka rintangan kecil saja dalam
belajar music sudah dapat menghilangkan semangat berlatih, sehingga bakat music
kurang berkembang.
- Nilai atau Value
Faktor
lain yang mempengaruhi timbulnya bakat adalah nilai, yaitu cara seseorang
memberi arti terhadap pekerjaan yang menjadi bakatnya.
Tiga
faktor tersebut sangat mempengaruhi kepribadian atau bakat anak, dan menjadi
kunci orang tua dalam mengembangkan bakat tersebut. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Menerima
anak sebagai pribadi yang unik, yang mempunyai ciri khas dan berbeda dengan
anak-anak lain. Orang tua tidak boleh menuntut anak agar selalu melakukan
hal-hal yang sama dengan anak-anak lainnya.
b. Menumbuhkan
sikap mandiri dan tanggung jawab anak terhadap diri sendiri.
c. Menumbuhkan
minat dan rasa ingin tahu anak.
d. Menumbuhkan
kepercayaan diri anak.
e. Membantu
anak mengenal bakat dan kemampuannya, dan memberi kesempatan kepadanya untuk
mengembangkan.
Perkenalkan anak dengan
bermacam-macam pengalaman dan perdalamlah pengalamannya. Makin banyak dan
bervariasi hal-hal baru yang dilihat dan diduga anak, makin tertarik pula ia
untuk mengalami dan mencoba berbagai macam hal. Dorong dan rangsanglah anak
untuk mengembangkan semua minat yang dimiliki. Pendekatan ini lebih mampu
membentuk karakter anak, dan sifatnya permanen. Berbeda halnya dengan
pendekatan emosional-subjektif, yang membentuk watak temperamental pada anak,
serta menghilangkan objektivitas dan efektivitas dalam jangka panjang.
C.
Peran
Ibu terhadap Perkembangan Anak.
Ibu adalah sosok yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu selalu
mewarnai anak-anaknya. Maka, ibu harus berperan besar dalam menggali dan
mengembangkan bakat anak. Sedangkan, bapak biasanya disibukkan oleh urusan
ekonomi keluarga dari pagi hingga sore, bahkan tidak sering kali sampai malam
hari. Ada juga orang tua tidak bias tidur dirumah karena urusan bisnis di luar
negeri.
Menurut Hassan Syamsi
Basya, banyak penyebab yang memicu timbulnya perasaan minder pada anak.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
- Anak tidak dibiasakan bergaul dengan sesama.
- Orang tua berlebihan dalam memanjakan anak.
- Mendidik dengan sikap keras serta sering mencela dan mencercanya di hadapan orang lain karena sebab sepele. Akibatnya, anak tidak memiliki kepercayaan diri dan selalu merasa rendah hati.
- Tidak mendapatkan perhatian dan curahan kasih sayang dari orang tua.
- Anak mengalami keterasingan.
- Anak mengalami gangguan kesehatan.
- Anak tidak mampu menghafalkan kata-kata dengan baik, misalnya gagap atau cadel.
- Karena faktor material. Misalnya, pakaian jelek atau kondisi keluarga sangat kekurangan, tubuh kurus karena pola makan tidak sehat, uang jajan atau saku minim, atau perlengkapan sekolah lebih jelek dan tidak selengkap milik teman-temannya.
- Faktor social, karena orang-orang menganggap rendah si anak. Misalnya, karena kurang cerdas, nilai sekolah buruk, dan lain-lain.
- Terlambat dating kesekolah.
Menghadapi anak
seperti ini, orang tua harus melakukan beberapa langkah penyelamatan, berikut
langkah-langkahnya;
- Memberi motivasi kepada anak agar lebih percaya diri.
- Jangan membanding-bandingkan anak anda dengan anak lain yang lebih cakat atau pintar.
- Jangan mengkritik anak anda dihadapan orang lain.
- Kenalilah pemicu rasa minder pada diri anak, dan bagaimana pula pemicu itu tumbuh dan berkembang.
- Upayakan untuk menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, tenang, dan penuh kasih sayang.
- Jangan menyuruh anak melakukan sesuatu diluar batas kemampuan.
- Orang tua harus menghindari pikiran membentuk anak, karena ia bukanlah tanah liat di tangan pematung.
- Jangan paksa anak menganut perilaku tertentu.
- Latihlah anak anda dalam menjalin persahabatan dengan teman-temannya.
- Bantulah anak anda mengeluarkan semua potensinya, seperti dalam permainan tertentu atau potensi melukis, menari, dan lain-lain. Jika ia diberi kesempatan untuk mengembangkanpotensinya, kepercayaan dirinya akan tumbuh kuat, dan ia akan merasa bangga saat bergaul dengan teman-temannya.
- Perlakukan anak anda dengan penuh kasih sayang. Jangan terlalu dimanjakan dan jangan pula terlalu keras kepadanya.
- Tunjukanlah kepada anak bahaya dengki dan iri hati.
- Berilah pengertian bahwa rasa takut dan gelisah ketika bergaul di tengah masyarakat merupakan hal wajar yang dirasakan oleh banyak anak. Jangan membesar-besarkan masalah itu.
- Pahamilah perasaan, pemikiran, dan kegelisahan anak anda, terutama jika ia menunjukkan rasa minder yang berlebihan.
- Hindarilah menjuluki anak anda dengan sebutan yang jelek, seperti penakut, lemah, bodoh, dan lain sebagainya.
- Berilah kesempatan kepada anak anda agar ia dapat mengaktualisasikan diri.
- Latihlah anak anda bergaul dengan sesame di tengah masyarakat, baik dengan teman-teman sebayanya maupun orang dewasa. Luangkan waktu sekitar lima atau sepuluh menit setiap hari untuk melatih anak bergaul.
- Minatlah anak membaca cerita di hadapan keluarga atau teman-temannya. Ketika ia bercerita, jangan banyak mencela atau mengganggunya.
- Jangan pernah menyerah dan berputus asa ketika anda berupaya menghilangkan rasa minder pada anak. Biasanya, keadaan anak menjadi lebih baik seiring bertambahnya usia, banyaknya latihan, dan kepercayaan diri yang tinggi.
Kepercayaan diri
anak sangat penting demi mengeluarkan semua potensinya secara maksimal
disinilah potensi yang dimiliki anak akan melesat dengan cepat bak panah
mengenai sasaran yang dituju. Menurut Jumiarti Agus, menggali potensi anak
membutuhkan beberapa langkah. Diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Mengenalkan sesuatu
Kepada Anak
Apaun bakat anak
yang akan digali misalnya supaya anak menyukai buku, pintar menggambar,
menyenangi music, dan segala macam yang diinginkan ole orang tua semuanya harus
dimulai dari tahap pengenalan. Cara pengenalan pun bisa dilakukan sesuai dengan
kondisi keluarga. Tak perlu membutuhkan waktu khusus, tapi dapat saja
berbarengan dengan aktivitas lain.
2.
Mengamati
Kecenderungan Anak
Jika anda ingin
menggali bakat anak yang belum jelas, anda bisa mengamati kecenderungan anak.
Buatlah catatan tentang kemajuan anak, hingga anda mempunyai referensi yang
jelas untuk mengarahkan terwujudnya dan munculnya bakat anak tersebut.
3.
Memberikan Respons
terhadap Kecenderungan Anak
Setelah anda
mempunyai data tentang kecenderungan yang muncul dari anak, berikanlah respons
anda kepadanya. Hal ini juga membantu kita supaya mengenal bakat atau potensi
anak yang bersangkutan.
4.
Membantu Tumbuh
Kembangnya Bakat Anak
Ini artinya, orang
tua harus menyediakan waktu bersama anak. Ketika anak meminta agar dibuatkan
gambar sesutau, cobalah berusaha memenuhi keinginan tersebut. Permintaannya itu
berarti wujud dari kecenderungan dan ketertarikan terhadap sesuatu. Jangan berkata
“aduh, Mama nggak bisa.” Berusahalah dahulu dengan maksimal. Mengatakan tidak bisa memenuhi permintaan anak atau
alasan sibuk mengerjakan sesuatu adalah tindakan yang menyebabkan tertutupnya
cikal bakal bakat anak anda.
- Memberikan Penghargaan atas Usaha Anak
Jika anak telah
berbuat sesuatu, walaupun kecil, berilah ia pujian agar senantiasa semangat dan
berkarya. Sebagian anak malah menyodorkan karya-karyanya kepada ayah dan
ibunya. Ini artinya si anak meminta dihargai,
disuport oleh orang tua. Jika
anak belum bisa mengekspresikan hal tersebut, informasi ini bisa diterapkan
kepada balita anda. Tidak berlebihan rasanya untuk mengatakan. “Good job, pintar atau bagus,” kepada
anak-anak kita.
- Memupuk Bakat Anak
Bakat anak tidak
keluar secara spontan. Untuk itu, kecenderungan dan ketertarikan anak pada
sesuatu yang bernilai positif perlu dipupuk. Hal ini dilakukan agar kesukaan
anak benar-benar teridentifikasi.
- Berkarya Bersama Anak
Agar anak
termotivasi, sediakan waktu anda untuk menemani anak dalam berkarya. Anak akan
merasa senang jika ditemani beraktivitas, sehingga, anda bisa dengan mudah
menggali potensi yang terpendam pada diri anak.
- Memberi Support dan Melengkapi Sarana
Jika bangat anak
telah terlihat, maka brikanlah dukungan sebagai penunjang bakat tersebut.
Lengkapi sarana penunjang. Tak harus mahal, semuanya bisa disiasati. Najmi tak
harus mahal, semuanya bisa tersiasati. Najmi tak harus menggambar di kertas HVS
cantik, atau buku gambar, tapi kertas apa saja, termasuk bekas print saya yang
halamannya kosong.
- Mewaspadai Aktivitas Anak
Orang tua perlu
waspada dalam menggali dan menemukan bakat anak. Namanya juga anak kecil, ia
belum mutlak bisa membedakan yang baik dan yang jelek. Untuk itu, hindari
hal-hal yang tak diinginkan. Misalnya dalam kasus anak yang hobi menggambar,
amankan dokumen penting anda agar tidak digambar oleh anak.
- Mengembangkan Bakat Anak
Jika kita mengamati
kecenderungan anak, sebenarnya ia ingin terus berkembang. Angar bakat anak
tidak hilang, kembangkan bakatnya. Banyak cara yang bisa dilakukan. Misalnya,
jika anak anda suka menggambar, manfaatkan potensinya untuk membuat hiasan pada
bajunya yang anda jahit. Membuat kartu bermain sendiri, membuat pajangan unik
menggunakan gambar anak anda, dan lainnya. Cara pandang anak terhadap kehidupan
akan terbuka. Ia menikmati hari- harinya sebagaimana orang tuanya, yang juga
mempunyai program atau kegiatan. Sebab, setiap hari, ia bisa menyalurkan
energinya untuk mengaktualisasikan keinginannya.
Memang, tidak mudah
menjadi ibu professional sehingga mampu melahirkan kader pengharum bangsa.
Dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tepat. Semangat belajar ibu
dalam menggali dan mengembangkan bakat tidak boleh padam. Sebab, semangat besar
orang tua inilah yang akan menular pada diri anak. Anak akan mengamatu orang
tua dan menirunya, sehigga sepak terjang orang tua menjadi sumber motivasi,
inspirasi, dan nilai bagi anak dalam mengarungi kehidupan.
D.
Enam Peran
Strategis Orang Tua
1.
Keteladanan
Dalam
kontek menggali dan mengembangkan bakat, keteladanan orang tua bisa dalam
bentuk loyalitas dan totalitasnya dalam menjalani dan mengembangkan profesi
yang dijalani, tidak setengah-setengah, aktif membaca, aktif menulis, dan
lain-lain. Keteladanan orang tua menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak
untuk menirunya sedikit demi sedikit, Misalnya, keteladanan dalam bertutur
sapa, berinteraksi dengan orang lain, menjalani kewajiban kepada Tuhan dan
sesame, mengembangkan ilmu, bernegosiasi, dan lainnya.
2.
Pembuatan Program
dan Pengawasan
Program
ini bertujuan agar waktu anak berisi hal-hal yang positif. Misalnya, belajar
mengenal bakat dan mengembangkannya, bermain, berinteraksi, menonton televise,
dan lainnya. Anak memiliki waktu belajar mata pelajaran sekolah, berkarya
secara bebas sesuai dengan minat untuk menggali bakat terbesarnya, membaca
buku-buku yang disukai. Program ini harus disertai pengawasan ketat. Sebab, di
zaman sekarang, pengaruh teman dan lingkungan sangat besar. Pengawasan
diperlukan untuk memastikan anak disiplin menjalankan program yang telah di
musyawarahkan dan disepakati bersama.
3.
Penghargaan
Penghargaan
atau rewad ini lebih mendidik dan
bisa menambah rasa percaya diri dan keyakinan anak. Orang tua juga harus
hati-hati, jangan sampai menjadi sombong, menyepelekan, dan merendahkan orang
lain. Disinilah pentingnya membekali secara lengkap, yang tidak hanya bertumpu
pada intellectual quotient (IQ), tapi
juga emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ). stabilitas
emosi, ketekunan, rendah hati, kegigihan, dan kedekatan dengan Tuhan menjadi
nilai-nilai penting bagi anak dalam menggapai tangga kesuksesan.
4.
Menciptakan
Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan
sangat berpengaruh terhadap karakter
anak didik. Teman, pergaulan, suasana lingkungan, tempat anak tumbuh dan
berkembang membentuk karakter anak yang keras, lemah lembut, berperilaku
santun, atau sebaliknya. Organisasi lingkungan sangat bermanfaat untuk semua
kepentingan, misalnya membahas ekonomi rakyat, pendidikan, kenakalan,
kemasyarakatan, dan lainya. Jangan hanya menyerahkan kepada proses alam, karena
maksimalisasi usaha sangat menentukan keberhasilan program dengan tetap berdoa
kepada Tuhan agar diberi kemudahan dan kesuksesan.
Orang tua tidak
boleh menggantungkan kesuksesan anak pada lembaga pendidikan tanpa ikut
terlibat aktif dalam mengawal dan mengawasi perkembangan anak. Jika orang tua
tidak sungguh-sungguh mengawal proses pendidikan anak, sangat besar kemungkinan
anak terjerumus dalam pergaulan bebas yang merusak karakter dan kualitasnya.
Tidak ada waktu bersantai bagi orang tua dalam mengawasi dan membantu lembaga
pendidikan dalam mendidik anaknya secara intensif dan ekstensif dengan
program-program berkualitas, kompetetif, dan produktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar